Paradigma Administrasi Negara

Paradigma Administrasi Negara

Menurut Nicholas Henry, Administrasi negara telah dikembangkan sebagai suatu kajian akademis melalui lima paradigma yang saling tumpang tindih[1]. Lima Paradigma tersebut yakni:

· Paradigma 1 : Dikhotomi politik-administrasi (1900-1926).
· Paradigma 2 : Prinsip – prinsip administrasi negara (1927-1937).
· Paradigma 3 : Administrasi negara sebagai ilmu politik (1950-1970)
· Paradigma 4 : Administrasi Negara sebagai ilmu administrasi (1956-1970).
· Paradigma 5 : Administrasi negara sebagai administrasi negara (1970 – sampai sekarang). 

Setiap fase dari paradigma tersebut mempunyai ciri-ciri tertentu sesua dengan locus dan focusnya. Locus menunjukan di mana bidang ini secara institusional berada. Locus menunjukan tempat dari bidang studi tersebut. Adapun focus menunjuan sasaran spesialisasi daribidang studi. Paradigma dalam Administrasi menurut Robert T. Golembiewski hanya dapat dimengerti dalam hubungannyadengan istila-istilah locus dan focus tersebut[2]. Paradigma 1 lebih mementingkan “locus”, paradigma 2 menonjolkan “focus”, paradigma 3 kembali lebih mementingkan “locus”, sedang paradigma 4 mementingkan “focus”, dan paradigma 5 berusaha untuk mengaitkan antara “focus” dan “locus” dari administrasi negara.

Masalah Focus dan Locus dari Administrasi Negara

1. Menurut pendapat Maurice Spiers pendekatan-pendekatan dalam administrasi negara adalah pendekatan matematik, sumber daya manusia dan sumber daya umum. Sedang menurut Robert Presthus adalah pendekatan institusional, struktural, perilaku, dan pasca perilaku. Bagi Thomas J. Davy pendekatan yang dimaksud terdiri dari manajerial, psikologis, politis, dan sosiologis.

2. Pendekatan proses administrasi memandang administrasi sebagai satu proses kerja yang dipergunakan untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Pendekatan ini juga seringkali disebut dengan pendekatan operasional.

3. Pendekatan empiris hendak melakukan generalisasi atas kasus-kasus yang telah terjadi secara sukses. Pendekatan ini seringkali disebut juga sebagai pendekatan pengalaman.

4. Pendekatan perilaku manusia memandang bahwa pencapaian tujuan-tujuan organisasi tergantung pada penerapan prinsip-prinsip psikologis. Pendekatan ini telah menampilkan aspek manusia sebagai elemen utama administrasi.

5. Pendekatan sistem sosial memandang administrasi sebagai satu sistem sosial. Kesadaran akan berbagai keterbatasan organisasi dapat menumbuhkan semangat kerjasama di antara anggota-anggota organisasi.

6. Pendekatan matematik memandang model-model matematik dapat diterapkan pada administrasi, dengan tujuan untuk melakukan peramalan.

7. Pendekatan teori keputusan memandang pembuatan keputusan sebagai fungsi utama administrasi. Semula pendekatan ini hanya membahas dan melakukan evaluasi terhadap alternatif-alternatif dalam memilih tindakan yang akan diambil, tetapi kemudian pendekatan ini juga mengkaji semua aktivitas organisasi. 


[1] Nicholas Henry, Public Administration and Public Affairs, Edisi kedua Englewood Cliffs: Prentice-Hall, Inc., 1980, hal. 27.
[2] Robert T. Golembiewski, Public Administration as a Developing Discipline, Part I; Prespective on Past and Present, (New York; Marcel Dekker, 1997).