Definisi Manajemen Modal Kerja

Menurut Bruton A. Kolb (dalam Agnes Sawir, 2005:133) mendefinisikan manajemen modal kerja sebagai berikut: “working capital managemnt encompasses the administration and control of current assets, utilization of short-term financing via various current liability sources and control of the amount of net working capital”. Sedangkan menurut J. Fred Weston dan Eugene F. Brigham mengemukakan “manajemen modal kerja mengacu pada semua aspek penatalaksanaan aktiva lancar dan utang lancar”.

Dua definisi di atas menunjukan bahwa manajemen modal kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan. Adapun sasaran yang ingin di capai dari manajemen modal kerja adalah :
1.    Memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga tingkat pengembalian investasi marjinal adalah sama atau lebih besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut.

2.    Meminimalkan-dalam jangka panjang-biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar.

3.    Pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar dan ketersediaan dana dari sumber utang, sehingga perusahaan selalu dapat memenuhi kewajiban keuangannya ketika jatuh tempo.

Dari ketiga sasaran di atas, sasaran ketiga mengindikasikan bahwa perusahaan harus mempertahankan likuiditas yang cukup. Modal kerja yang harus tersedia dalam perusahaan harus cukup jumlahnya dalam arti harus dapat membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari. Menurut Agnes Sawir (2005:133) Modal kerja yang cukup akan memberikan keuntungan bagi perusahaan, antara lain :

1.    Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar.
2.    Memungkinkan perusahaan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya.
3.    Menjamin dimilikinya kredit standingperusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.
4.    Memungkinkan perusahaan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumennya.
5.    Memungkinkan perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para langganannya.
6.    Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat ebroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan.

Mengingat besarnya manfaat yang diberikan dari kecukupan modal kerja, maka dapat disimpulkan berdasarkan pernyataan di atas bahwa modal kerja yang baik adalah modal kerja yang cukup.

Modal kerja bersih, selisih antara aktiva lancar dan kewajiban lancar adalah ukuran dasar dari likuiditas perusahaan. Kecukupan modal kerja dapat dievaluasi dengan menggunakan rasio.

a.       Rasio total aktiva terhadap modal kerja bersih (Total assets to net working capital). Rasio yang tinggi mengindikasikan rendahnya tingkat likuiditas, sedangkan rasio yang rendah mengindikasikan tingkat likuiditas yang tinggi.
                                                                     Total Assets
Total assets to net working capital ratio=  Net Working Capital
Sumber : Agnes Sawir (2005:151)
b.      Rasio kewajiban lancar (current liabilities to net working capital ratio). Rasio ini merupakan ekspresi alternatif dari current ratio. Bila current ratio rendah, rasio ini akan tinggi mengindikasikan likuiditas rendah. Bila rasio ini rendah, current ratio akan tinggi, menindikasikan likuiditas tinggi.
                                                                  current liabilities
current liabilities to net working capital =  Net Working Capital
Sumber : Agnes Sawir (2005:151)
c.       Perputaran modal kerja (Revenues to net working capital ratio).
Rasio ini mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar. Rasio tinggi mengindikasikan likuiditas yang rendah untuk mendukung operasional, rasio yang rendah menunjukan likuiditas tinggi.
                                                                     Revenues
 working capital turnover       =               Net Working Capital
Sumber : Agnes Sawir (2005:151)

Comments