(2) Tipe Populasi dan Sampel

Tipe sampling dapat dibedakan berdasarkan dua hal, yaitu tipe sampling berdasarkan proses pemilihannya dan tipe sampling berdasarkan peluang pemilihannya. Tipe sampling berdasarkan proses pemilihannya terbagi atas: 
  1. Sampling dengan pengembalian (sampling with replacement), yaitu setiap anggota sampel yang terpilih dikembalikan lagi ke tempatnya sebelum pemilihan selanjutnya dilakukan, sehingga ada kemungkinan bahwa suatu satuan sampling akan terpilih lebih dari sekali. 
  2. Sampling tanpa pengembalian (sampling without replacement), yaitu setiap anggota sampel yang terpilih tidak dikembalikan lagi ke dalam satuan populasi. 
Dengan demikian sampling tanpa pengembalian merupakan kebalikan dari proses sampling dengan pengembalian.

Tipe Populasi dan Sampel # Sampling Probalibility

Tipe sampling berdasarkan peluang pemilihannya terbagi atas sampling probabilitas (probability sampling) dan sampling nonprobabilitas (nonprobability sampling). Dalam sampling probabilitas, pemilihan sampel dilakukan secara acak dan dilakukan secara objektif, dalam arti tidak didasarkan semata-mata pada keinginan peneliti, sehingga setiap anggota populasi memiliki kesempatan tertentu untuk terpilih sebagai sampel.

Yang termasuk dalam sampling probabilitas adalah: sampling acak sederhana (simple random sampling), sampling sistematik (systematic sampling), sampling berstrata (stratified sampling), dan sampling bergugus (cluster sampling).

Yang dimaksud dengan sampling acak sederhana adalah sebuah proses sampling yang dilakukan sedemikian rupa sehingga setiap satuan sampling yang ada dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih ke dalam sampel. William G. Cohran dalam bukunya Sampling Techniques, yang diterjemahkan oleh Prijana (2005) mengatakan bahwa sampling acak sederhana adalah sebuah metode seleksi terhadap unit-unit populasi, unit-unit tersebut diacak seluruhnya. Masing-masing unit atau unit satu dengan unit lainnya memiliki peluang yang sama untuk dipilih. Pemilihan dilakukan dengan tabel angka random atau menggunakan program komputer.

Sementara Earl Babbie dalam bukunya The Practice of Social Research masih dalam Prijatna (2005) mengatakan bahwa sampling acak sederhana adalah sebuah metode sampling dasar dalam penelitian sosial, sebuah kerangka sampling mesti dibuat, masing-masing unit didaftar seluruhnya tanpa ada yang terlewat. Penseleksiannya menggunakan tabel angka random.

Dari kedua pendapat tersebut jelas bahwa sampling acak sederhana adalah sebuah rancangan sampling yang paling sederhana ditinjau dari proses sampling-nya maupun dari bentuk rumus yang dianalisisnya, serta digunakan untuk ukuran populasi terbatas dan ukuran kecil, oleh karena itu proses penarikan sampel acak sederhana relatif mudah. Proses sampling dimulai dari unit-unit dicatat seluruhnya tanpa ada yang terlewati yang umumnya data diambil dari data sensus. Setelah data dari kerangka sampling sudah lengkap, maka selanjutnya dilakukan langkah penyeleksian untuk masing-masing unit dengan peluang yang sama untuk terpilih sebagai unit sampel dengan menggunakan tabel angka random atau menggunakan program komputer.

Penarikan sampel sistematik (systematic sampling) merupakan pengambilan setiap unsur ke k dalam populasi, untuk dijadikan sampel. Pengambilan sampel secara acak hanya dilakukan pada pengambilan awal saja, sementara pengambilan kedua dan seterusnya ditentukan secara sistematis, yaitu menggunakan interval tertentu sebesar k.

William G. Cohran (Prijana, 2005) mengatakan bahwa sampling sistematik berbeda dengan sampling acak sederhana. Unit-unit populasi dicatat seluruhnya secara tersusun. Untuk seleksi unit-unit yang dijadikan unit sampel digunakan aturan sistematik, hanya unit pertama saja yang digunakan cara seleksi acak, untuk unit terpilih yang kedua dan seterusnya menggunakan aturan sistematik.

Penarikan sampel berstrata dilakukan dengan mengambil sampel acak sederhana dari setiap strata populasi yang sudah ditentukan lebih dulu. Penarikan sampel acak berstrata, populasinya di skat-skat menjadi beberapa group yang disebut strata. Setiap strata memiliki elemen yang relatif homogen. Misalnya saja: (1) pendapatan keluarga per bulan, besarnya sangat bervariasi dari satu keluarga dengan keluarga lainnya. Pendapat seseorang tentang sesuatu hal akan berbeda dengan pendapat orang lainnya, tergantung latar belakang pendidikannya, tergantung pada umurnya, lingkungan hidupnya, dan pengaruh faktor-faktor lainnya. (2) Banyaknya surat yang dikirimkan melalui bis-bis surat akan sangat bervariasi dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Kesibukan pekerjaan di kantor-kantor pos akan berbeda tergantung kepada kelasnya, daerahnya, dan kondisi-kondisi lain.

Apabila rancangan sampling yang digunakan untuk survei seperti ini adalah sampling acak sederhana atau sampling sistematik, maka akan ada kemungkinan bahwa sifat-sifat seperti di atas tidak terjaring. Oleh karena itu, untuk menjamin bahwa sampel yang kita peroleh benar-benar bisa mencakup karakteristik yang ada dalam populasi, maka rancangan yang sebaiknya digunakan adalah stratified random sampling.

Populasi yang bersifat heterogen seolah dibagi dalam strata. Dalam menentukan banyaknya strata yang harus dibuat, maka ada dua faktor yang perlu diperhatikan antara lain: (1) naiknya presisi, artinya hubungan turunnya harga varians dengan banyaknya strata, dan (2) hubungan antara besarnya biaya dengan banyaknya strata.

Apabila keadaan variabel yang sedang kita teliti sangat heterogen, maka makin banyak strata makin baik. Banyaknya strata yang bisa dibuat mungkin sedemikian keadaannya, sehingga dalam sebuah stratum hanya terdapat sebuah satuan sampling saja. Latar belakang matematis dan latar belakang pengalaman memberikan petunjuk bahwa kalau banyaknya strata sudah lebih dari 6 buah, maka keadaanya sudah menjadi kurang efisien ditinjau dari sudut presisi dan biaya.

Setelah banyaknya strata dan ukuran sampel keseluruhan ditentukan, maka proses selanjutnya adalah mengalokasikan satuan-satuan sampling dalam sampel itu ke dalam setiap stratum. Artinya kita harus menentukan berapa ukuran sampel untuk setiap stratum, yaitu n1, n2, n3, dan seterusnya (ni), sedemikian rupa sehingga diperoleh: n1 + n2 + n3 + … + ni = n (Gambar 5). Setelah itu sampel untuk masing-masing stratum diambil melalui sampling acak sederhana. Oleh karena menggunakan cara SAS, maka proses penarikan sampel dilakukan dengan cara yang sama seperti sudah dijelaskan pada bahasan tentang sampling acak sederhana (SAS), dengan menganggap seolah setiap stratum sebagai populasi tersendiri. Oleh karena itu diperlukan kerangka sampling di setiap stratum.

Sampling Nonprobability

Selain sampling probabilitas, di muka disinggung tentang sampling nonprobabilitas. Sampling nonprobabilitas merupakan pemilihan sampel yang dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan peneliti, sehingga dengan tipe sampling nonprobability ini membuat semua anggota populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel.

Nonprobability sampling dikembangkan untuk menjawab kesulitan yang timbul dalam menerapkan teknik probability sampling, terutama untuk mengeliminir biaya dan permasalahan dalam pembuatan sampling frame (kerangka sampel). Pemilihan nonprobability sampling ini dilakukan dengan pertimbangan: 1). penghematan biaya, waktu dan tenaga; dan 2) keterandalan subjektivitas peneliti (pengetahuan, kepercayaan dan pengalaman seseorang seringkali dijadikan pertimbangan untuk menentukan anggota populasi yang dipilih sebagai sampel). Yang termasuk pada sampling nonprobabilitas adalah convenience sampling, judgement sampling, quato sampling, dan snowball sampling.

Pada convenience sampling (sampling kemudahan), sampel diambil berdasarkan faktor spontanitas, artinya siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan karakteristiknya, maka orang tersebut dapat dijadikan sampel. Dengan kata lain sampel diambil/terpilih karena ada ditempat dan waktu yang tepat. Tanpa kriteria peneliti bebas memilih siapa saja yang ditemuinya untuk dijadikan sampel.

Dengan demikian teknik sampling ini digunakan ketika peneliti berhadapan dengan kondisi karakteristik elemen populasi tidak dapat diidentifikasikan dengan jelas, maka teknik penarikan sampel convenience, atau sering juga disebut sampling accidental menjadi salah satu pilihan. Teknik sampling convenience adalah teknik penarikan sampel yang dilakukan karena alasan kemudahan atau kepraktisan menurut peneliti itu sendiri. Dasar pertimbangannya adalah dapat dikumpulkan data dengan cepat dan murah, serta menyediakan bukti-bukti yang cukup melimpah. Kelemahan utama teknik sampling ini jelas yaitu kemampuan generalisasi yang amat rendah atau keterhandalan data yang diperoleh diragukan.

Judgement sampling (dikenal juga dengan purposive sampling) adalah teknik penarikan sampel yang dilakukan berdasarkan karakteristik yang ditetapkan terhadap elemen populasi target yang disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian. Dalam perumusan kriterianya, subjektivitas dan pengalaman peneliti sangat berperan. Penentuan kriteria ini dimungkinkan karena peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu didalam pengambilan sampelnya.

Teknik sampling kuota, pada dasarnya sama dengan judgment sampling, yaitu mempertimbangkan kriteria yang akan dijadikan anggota sampel. Langkah penarikan sampel kuota antara lain: pertama peneliti merumuskan kategori quota dari populasi yang akan ditelitinya melalui pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan ciri-ciri yang dikehendakinya, seperti jenis kelamin, dan usia. Kedua menentukan besarnya jumlah sampel yang dibutuhkan, dan menetapkan jumlah jatah (quotum). Selanjutnya, setelah jumlah jatah ditetapkan, maka unit sampel yang diperlukan dapat diambil dari jumlah jatah tersebut. Teknik sampling kuota biasanya digunakan bila populasinya berukuran besar.

Quota sampling (jatah) hampir mirip dengan teknik sampling stratifikasi. Bedanya, jika dalam sampling stratifikasi penarikan sampel dari setiap subpopulasi dilakukan dengan acak, maka dalam sampling kuota, ukuran serta sampel pada setiap sub-subpopulasi ditentukan sendiri oleh peneliti sampai jumlah tertentu tanpa acak. Mengapa bisa begitu? Karena pada kenyataannya sering dijumpai bahwa peneliti tidak dapat mengetahui ukuran yang rinci dari setiap subpopulasi, atau ukuran antar subpopulasi sangat jauh berbeda. Menghadapi kondisi seperti, maka peneliti dapat mempertimbangkan penggunaan teknik sampling kuota. Jadi, melalui teknik sampling kuota, penarikan sampel dilakukan atas dasar pertimbangan peneliti untuk tujuan meningkatkan representasi sampel penelitian sampai jumlah tertentu sebagaimana yang dikehendaki peneliti.

Snowball Sampling merupakan salah satu bentuk judgement sampling yang sangat tepat digunakan bila populasinya kecil dan spesifik. Cara pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan secara berantai, makin lama sampel menjadi semakin besar, seperti bola salju yang menuruni lereng gunung. Hal ini diakibatkan kenyataan bahwa populasinya sangat spesifik, sehingga sulit sekali mengumpulkan sampelnya. Pada tingkat operasionalnya melalui teknik sampling ini, responden yang relevan di interview, diminta untuk menyebutkan responden lainnya sampai diperoleh sampel sebesar yang diinginkan peneliti, dengan spesifikasi/spesialisasi yang sama karena biasanya mereka saling mengenal.

Dibandingkan dengan teknik sampling nonprobabilitas lainnya, teknik ini memiliki keunggulan terutama dalam hal biaya yang relatif lebih rendah. Kelemahannya adalah kemungkinan bias yang relatif lebih besar karena pemilihan responden tidak independen (Zikmund, 2000: 362).

Berdasarkan uraian di atas tentang sampling peluang dan non peluang, seorang peneliti dapat dengan bebas menentukan tipe sampling mana yang akan digunakannya. Tetapi ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan untuk menentukan tipe sampling yang baik, diantaranya: (1) dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi, (2) dapat menentukan presisi dari hasil penelitian, (3) sederhana, mudah dilaksanakan, dan (4) dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin tentang populasi dengan biaya minimal.

Comments