Pengertian Ilmu Administrasi adalah usaha dan kegiatan yang berkenaan dengan penyelenggaraan kebijaksanaan untuk mencapai tujuan. Administrasi dalam arti sempit adalah kegiatan yang meliputi: catat-mencatat, surat-menyurat, pembukuan ringan, ketik-mengetik, agenda, dan sebagainya yang bersifat teknis ketatausahaan. Administrasi dalam arti luas adalah seluruh proses kerja sama antara dua orang atau lebih dalam mencapai tujuan dengan memanfaatkan sarana prasarana tertentu secara berdaya guna dan berhasil guna.
Saat ini setiap pelajar memiliki sebuah tradisi dimana setiap mahasiswa Administrasi atau yang
belajar atau mempelajari ilmu Administrasi diperkenalkan dengan
pemikiran-pemikiran para ahli teori klasik yang dianggap sebagai
perintis dan menjadi fondasi untuk ilmu Administrasi modern. Para ahli
teori klasik yang memberi kontribusi terhadap perkembangan administrasi
sebagai ilmu antara lain Charles Babbage, Henry R. Tone, Frederick
Winslow Taylor, Gilbreths, Henry L. Gant, Harrington Emerson, Henry
Fayol, James D. Money, Lyndal F. Urwick, Chester Barnard. Para ahli
teori administrasi modern yang dikembangkan dari pendekatan-pendekatan
psikologis terutama dipelopori oleh Elton Mayo, Hugo Munsterberg yang
dikenal dengan aliran hubungan manusia, dan juga aliran-aliran pemikiran
teori perilaku, teori proses, pendekatan kuantitatif, pendekatan system
dan pendekatan kontingensi.
Pernyataan Oliver Wendell Holmes Jr. yang menyatakan: jika ingin mengerti atau mencoba menentukan apa yang akan terjadi hari esok maka perlu melihat ke belakang, penting untuk setiap untuk setiap mahasiswa yang mempelajari administrasi ( Stephen P. Robbins, 1980). Ungkapan ini mengandung maksud, bahwa jika ingin memahami pemikiran administrasi modern atau mutakhir, harus melihat latar belakang yang membawa kepada keadaan sekarang. Akan ditemukan, bahwa kegiatan dan pekerjaan administrasi sudah ada sejak beribu tahun yang lalu.
Meskipun demikian
baru pada akhir abad 19 atau awal abad 20 pengalaman tersebut ditelaah
dan dianalisis secara ilmiah kemudian dikumpulkan dan disatukan dalam
suatu disiplin ilmu yang yang disebut ilmu Administrasi. Pernyataan di
atas menjelaskan bahwa dengan mempergunakan fakta sejarah (administrasi)
secra seksama akan diperoleh telaahan yang lebih “tepat” mengenai fakta
dan teori administrasi yang ada sekarang dan juga akan membantu
memudahkan melakukan analisis tentang perspektif administrasi masa yang
akan datang.
Hal itu tentu dapat dilakukan dengan baik apabila
dihilangkan kecenderungan anggapan untuk tidak melihat sejarah
semata-mata hanya sebagai hasil skenario yang dibuat oleh sejarawan. Demikianlah, dengan dan melalui analisis sejarah dapat dilacak dan
diketahui bahwa pada kira-kira tahun 1300 SM, bangsa Mesir telah
mengenal Administrasi. Max Webber, seorang sosiolog berkebangsaan Jerman
yang terkemuka pada zamannya, meyakini Mesir sebagai satu-satunya
Negara yang paling tua yang memiliki administrasi birokratik.
Demikian
juga di Tiongkok kuno, dapat diketahui tentang konstitusi Chow yang
dipengaruhi oleh ajaran Confucius dalam “Administrasi Pemerintahan”.
Dari Yunani (430 SM) dengan susunan kepengurusan Negara yang demokratis,
Romawi dengan “De Officiis dan “De Legibus”nya Marcus Tullius Cicero;
dan abad 17 di Prusia, Austria, Jerman, dan Prancis, dengan Kameralis,
yang mengembangkan ilmu Administrasi Negara, misalnya system pembukuan
dalam hal Administrasi Keuangan Negara, Merkanitilis (sentralisasi
ekonomi dan politik) dan kaum Fisiokrat yang berpengaruh selama kurun
waktu 1550-1700-an.
Awal Pemikiran administrasi awalnya dikuasai oleh nilai-nilai budaya
yang anti bisnis, anti prestasi, dan sebagian besar anti manusia.
Indusrialisasi tidak bisa muncul apabila orang-orang harus menjadi
pusat-pusat mereka dalam hidup, bila raja-raja yang dikuasai oleh pusat,
mendikte, dan bila orang-orang dihimbau untuk mengambil tidak bermaksud
untuk pemenuhan yang individu di dunia ini tetapi untuk menantikan
seseorang yang lebih baik.
Di depan revolusi industri,
Masyarakat-masyarakat dan ekonomi adalah sangat utama dan statis, dan
nilai-nilai politis melibatkan pengambilan keputusan yang secara sepihak
oleh sebagian orang otoritas pusat. Walaupun beberapa awal gagasan
untuk manajemen yang muncul, mereka sebagian besar dilokalisir.
Organisasi-organisasi bisa menjadi kekuasaan raja, di pendekatan dogma
bertujuan untuk setia, dan disiplin ketat ala militer. Ada sebagian
kecil atau tidak ada untuk mengembangkan satu badan formal dari
manajemen yang dipikirkan di bawah ini bukan keadaan yang
terindustrialisasi.
Tiga angkatan yang saling berinteraksi dan berkombinasi untuk menghidupi satu usia baru dari industrialisasi. Yang ditandai ketika etika, atau manusia pengaturan baku melakukannya, Mereka menggambarkan bagaimana keadaan sosial , ekonomi, dan sikap-sikap politis sedang berubah sepanjang masa kelahiran kembali sebuah budaya. Etika yang dibahas adalah pada kenyataannya suatu perjuangan antara kaum tua tradisional dan kaum muda modern, baru saja muncul dalam masyarakat.
Susila
protestan adalah suatu tantangan yang dimanasampai otoritas pusat
gereja dan satu tanggapan sesuai dengan kebutuhan orang-orang untuk
berprestasi di dunia ini; susila kebebasan mencerminkan perjuangan masa
lampau antara kaum monolitis dan bentuk Negara. Wakil rakyat dicari
untuk melindungi hak yang individu; dan susila pasar adalah suatu hal
yang dilemparkan sebelum bangsawan yang ada lebih menyukai sistem
ekonomi merkantilisme. Perjuangan yang mewakili di sini adalah satu :
kebersamaan melawan invidual, hak azasi manusia dan proses otokrasi
(kuasa mutlak) melawan pelanggaran hak-hak azazi (kesewenang-wenangan) ,
dan pemusatan melawan desentralisasi.
Perjuangan ini harus terus
berlanjut hingga sekarang. Kelahiran kembali budaya ini akan menetapkan prasyarat-prasyarat untuk
industrialisasi dan sesudah itu kebutuhan akan satu badan sistematis ,
yang disusun ,dan masuk akal dari suatu pengetahuan bagaimana cara
mengatur. Perbaikan dan kemunculan ekonomi pasar memerlukan para manajer
untuk menjadi lebih kreatif dan untuk lebih baik untuk mengetahui
sekitar bagaimana yang terbaik untuk mengatur satu organisasi.
Berhadapan dengan satu persaingan yang kompetitif harus mengubah
kehidupan kita, manajer harus mengembangkan potensi dari pengetahuan
sekitar bagaimana yang terbaik untuk menggunakan sumber daya.
Orang-orang mulai berpikir tentang bagaimana memperoleh dan harus
mempunyai cara yang masuk akal yang didasarkan pada bagaimana membuat
keputusan-keputusan; tidak lagi organisasi-organisasi yang dioperas idi
penuhi oleh beberapa tingkah-tingkah. Perubahan ini tidak datang
tiba-tiba tetapi terjadi dalam satu periode yang lama dari waktu ke
waktu sebagai budaya yang harus diubah.
Fakta-fakta “administrasi” seperti dikemukakan diatas hingga 1886 dikenal sebagai praktek dan teknik kerja sama atau sebagai seni “administrasi” yang belum ditelaah secara ilmiah. Adapun puncak analisis ilmiah (scientific analysis) mengenai fenomena administrasi berdasarkan fakta sejarah dimulai pada akhir abad ke 19 dengan munculnya gerakan manajemen ilmian “Scientific Management” yang diperoleh oleh Frederick Winslow Taylor (1856-1925) sekaligus memberikan identitas “ilmu” bagi Administrasi yang kemudian disempurnakan dengan munculnya berbagai teori dan pendekatan bagi studi administrasi, seperti teori dan pendekatan birokrasi, hubungan manusia (human relation), teori pendekatan dan perilaku, pendekataMasa perkembangan ilmu administrasi. Sejak lahirnya tahun 1886 sampai sekarang telah menjalani empat masa, yaitu :
1. Masa pertama disebut survival period (1886-1930). Tahun 1886 sering disebut sebagai “tahun” lahirnya ilmu administrasi, karena pada tahun itulah gerakan manajemen/administrasi ilmiah dimulai oleh Frederick Winslow Taylor di Amerika Serikat yang dijuluki bapak ilmu manajemen, dan kemudian diikuti oleh Henry Fayol di Prancis yang dijuluki pula bapak ilmu Administrasi. Dalam masa ini para sarjana mulai memperjuangkan supaya pengetahuan administrasi sebagai ilmu yang mandiri atau sebagai salah satu tertib-ilmu (disiplin). Demikian juga dalam masa inilah para ahli dan sarjana mengkhususkan dirinya dalam bidang administrasi dan manajemen.
2. Masa kedua disebut consolidation and completion period (1930-1945). Dalam masa ini asas-asas, rumus-rumus dan kaidah-kaidah (norma) ilmu administrasi lebih disempurnakan. Dan dalam masa ini juga mutu (quality) dan jumlah (quantity) para sarjana administrasi turut dikembangkan serta gelar-gelar kesarjanaan dalam ilmu administrasi Negara dan niaga banyak diberikan oleh lembaga-lembaga pendidikan tinggi.
3. Masa ketiga disebut human relations period (1945-1959). Dalam masa ini para sarjana administrasi mulai memperhatikan segi manusiawi dan menyelidiki segala hubungan dari semua orang dalam kegiatan kerjasama, baik hubungan yang bersifat resmi (dinas,formal) maupun yang tidak resmi (informal). Pada masa ini pula ditulis pula hampir semua buku mengenai hubungan antar manusia dalam kegaiatan kerjasama mereka.
4. Masa keempat disebut behavioral period (1959-sekarang). Dalam masa ini para sarjana administrasi mulai mengadakan perhatian serta peningkatan terhadap penyelidikan mengenai tindakan-tindakan dan perilaku orang-orang dalam kehidupan berorganisasi dan dalam bidang pekerjaannyan system maupun pendekatan kontingensi (contingency approach).
Dari uraian diatas kita dapat menarik kesimpulan tentang Administrasi.
Adapun pengertian dari Administrasi menurut “Ilmu” adalah suatu ilmu
yang mempelajari aktivitas manusia yang bersifat kooperatif dan
bagaimana cara-cara merealisasikannya yang terkumpul secaras sistemasi.
Sedangkan pengertian Administrasi sebagai “Seni” adalah merupakan
proses kegiatan yang perlu dikembangkan secara kontinu, agar
administrasi sebagai suatu cara untuk mencapai tujuan yang benar-benar
dapat memberi peranan yang diharapkan.
Sejarah Perkembangan Ilmu Administrasi
Fase prasejarah
Dari segi waktu dan tempat fase prasejarah yang berakhir pada tahun 1 M dapat dibagi menjadi:
Fase modern ditandai dengan oleh lahirnya Gerakan Manajemen Ilmiah yang dipelopori oleh Frederick W. Taylor pada tahun 1886 di Amerika Serikat.
Sejarah Perkembangan Ilmu Administrasi
Fase prasejarah
Dari segi waktu dan tempat fase prasejarah yang berakhir pada tahun 1 M dapat dibagi menjadi:
- Peradaban Mesopotamia
- Peradaban Babilonia
- Mesir kuno
- Tiongkok kuno
- Romawi kuno
- Yunani kuno
- Kelompok Kameralisten di Jerman dan Austria
- Kelompok Merkantilizen di Inggris
- Kelompok Fisiokraten di Perancis
Fase modern ditandai dengan oleh lahirnya Gerakan Manajemen Ilmiah yang dipelopori oleh Frederick W. Taylor pada tahun 1886 di Amerika Serikat.
Comments
Post a Comment